Selasa, 05 Februari 2013

Awan Bersinar di Malam Hari? Fenomena Apakah itu?







Langit malam biasanya hanya akan disinari cahaya bulan dan bintang. Namun, dalam kasus yang sangat jarang, langit malam juga bisa diterangi oleh awan bercahaya yang memantulkan cahaya matahari.


Awan bercahaya terbentuk di ketinggian 80-85 kilometer di atmosfer. Cahaya awan itu sebenarnya merupakan cahaya matahari yang dipantulkan. Letak awan yang tinggi membuatnya mampu memantulkan cahaya meski matahari sendiri telah tenggelam.

Biasanya, fenomena yang juga disebut awan polar mesosferik ini terjadi ketika suhu menurun hingga -130 derajat celsius. Kebanyakan, fenomena terjadi di belahan utara dan selatan bumi, wilayah di atas 50 derajat lintang.

Mathhews DeLand dari Goddard Space Flight Center NASA mengatakan pada Space.com, minggu lalu, fenomena itu awalnya jarang terjadi. Selama 11 tahun terakhir mempelajari, DeLand hanya menemukannya sekali.

Namun, DeLand mengatakan, kini fenomena tersebut semakin sering dijumpai dan cahayanya menjadi lebih terang. Ia menduga, peningkatan ini berkaitan dengan perubahan temperatur dan kelembaban di mesosfer.

Penurunan temperatur menyebabkan lebih banyak es atau awan terbentuk. Adapun kelembaban yang lebih tinggi memicu terbentuknya partikel es yang lebih besar, yang mampu merefleksikan lebih banyak cahaya.

Dengan meningkatkan jumlah fenomena awan bersinar, mungkin temperatur mesosfer semakin rendah. DeLand menuturkan, peningkatan jumlah gas rumah kaca bisa menjadi sebab turunnya temperatur itu.

Karbon dioksida—salah satu gas rumah kaca yang meradiasikan panas ke angkasa—menyebabkan pendinginan. Metana membuat kelembaban meningkat sebab cahaya matahari akan mengubah metana menjadi air.

Sejauh ini, peneliti belum yakin faktor yang paling berpengaruh, apakah kelembaban atau temperatur. Namun, DeLand memastikan, hal tersebut akan menjadi fokus pada penelitian selanjutnya.

Tercatat, fenomena ini terakhir terjadi di Billund, Denmark, pada 15 Juli 2010 lalu. DeLand telah mempelajari awan ini dari data instrumen dari data dan satelit sejak 1978.



Awan Berpijar di Malam Hari

Gambar ini diambil oleh astronot dari Stasiun Luar Angkasa.

ddd
Minggu, 27 Januari 2013, 16:07 Muhammad Chandrataruna 

 
 Awan berpijar di malam hari (Space.com)
BERITA TERKAIT


VIVAnews - Hampir setiap malam, langit di permukaan Bumi terlihat gelap. Tetapi, tidak jarang pula kita bisa menikmati milyaran bintang bertaburan berkelap-kelip ketika langit cerah tak berawan.

Namun, tahukah Anda, jika puluhan kilometer di atas permukaan Bumi sesungguhnya ada kumpulan awan yang bersinar terang?

SPACE melansir, 27 Januari 2013, tatkala malam menyelimuti Bumi, sejumlah awan tinggi di atmosfer masih bisa memantulkan sinar alias berpendar. Setidaknya, citra ini yang ditangkap oleh seorang awak di kapal Stasiun Luar Angkasa, di atas langit French Polynesia, salah satu kepulauan di Pasifik Selatan.





Foto di atas diambil seorang awak NASA dengan kamera digital Nikon D3S, menggunakan lensa 400 milimeter, dari stasiun luar angkasa (ISS).
Dikenal dengan istilah kutub mesospheric atau awan noctilucent, formasi tersebut dapat dinikmati dari daratan Hemispheres Utara dan Selatan, pesawat terbang, ataupun pesawat ruang angkasa, papar NASA Earth Observatory.

Menurut temuan observatorium tersebut, awan-awan itu terbentuk sekitar 47-53 mil, atau setara 76-85 kilometer, di atas permukaan Bumi. Mereka berada di antara dua lapisan atmosfer yang disebut mesosfer dan termosfer. Wilayah ini disebut mesopause.

Lalu, apa yang menyebabkan awan bersinar terang? Kombinasi temperatur yang rendah pada ketinggian tersebut dan posisi awan yang relatif memantulkan sinar matahari menjadi penyebabnya.

Pada ketinggian ini, suhu bisa turun hingga -200 derajat Fahrenheit, atau setara -130 derajat Celcius. Setiap titik uap air yang sampai ke ketinggian ini akan membeku menjadi kristal es. Membentuk formasi, kumpulan kristal es inilah yang kemudian menerima pantulan sinar matahari. Hanya saja, pemandangan indah ini tidak bisa dinikmati segala sudut dari atas tanah.

Menurut studi terbaru, awan sensitif terhadap perubahan jumlah air di atmosfer, sama halnya dengan suhu pada ketinggian tertentu. Awan-awan akan mengeluarkan pijar lebih besar sebagai akibat dari perubahan iklim. Diketahui, lapisan atas atmosfer kini semakin lembab, sehingga semakin banyak pula awan yang memancarkan sinar.

Pemandangan ini kerap terlihat jauh dari titik yang jauh di atas 50 derajat lintang utara dan selatan pada musim panas, di mana mesosfer mencapai titik terdingin. Artinya, di wilayah tropis seperti Indonesia, rasanya mustahil untuk melihat pemandangan yang unik ini. (sj)


Noctilucent Cloud - Fenomena Awan Bercahaya Pada Malam Hari
saat matahari telah tenggelam dan keadaan di bumi menjadi gelap, hanya bulan dan bintang yang bercahaya di langit, tetapi sebuah fenomena aneh terjadi, yaitu munculnya awan yang bercahaya di ketinggian





Noctilucent cloud berasal dari 3 kata yaitu nocturn (malam) lucent (bercahaya) dan cloud (awan) yang berarti awan bercahaya pada malam hari. Fenomena noctilucent cloud ini terjadi bukanlah dalam bentuk awan titik titik air, tetapi lebih ke kristal es dan partikel debu seperti kristal. Kristal kristal ini berada di ketinggian 76 - 85 kilometer yang berkumpul dalam jumlah sangat banyak, dimana kristal es di ketinggian ini sudah cukup untuk menerima dan membiaskan cahaya dari matahari yang telah berada di bawah horizon.




0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 05 Februari 2013

Awan Bersinar di Malam Hari? Fenomena Apakah itu?

Diposting oleh viethree di 17.32






Langit malam biasanya hanya akan disinari cahaya bulan dan bintang. Namun, dalam kasus yang sangat jarang, langit malam juga bisa diterangi oleh awan bercahaya yang memantulkan cahaya matahari.


Awan bercahaya terbentuk di ketinggian 80-85 kilometer di atmosfer. Cahaya awan itu sebenarnya merupakan cahaya matahari yang dipantulkan. Letak awan yang tinggi membuatnya mampu memantulkan cahaya meski matahari sendiri telah tenggelam.

Biasanya, fenomena yang juga disebut awan polar mesosferik ini terjadi ketika suhu menurun hingga -130 derajat celsius. Kebanyakan, fenomena terjadi di belahan utara dan selatan bumi, wilayah di atas 50 derajat lintang.

Mathhews DeLand dari Goddard Space Flight Center NASA mengatakan pada Space.com, minggu lalu, fenomena itu awalnya jarang terjadi. Selama 11 tahun terakhir mempelajari, DeLand hanya menemukannya sekali.

Namun, DeLand mengatakan, kini fenomena tersebut semakin sering dijumpai dan cahayanya menjadi lebih terang. Ia menduga, peningkatan ini berkaitan dengan perubahan temperatur dan kelembaban di mesosfer.

Penurunan temperatur menyebabkan lebih banyak es atau awan terbentuk. Adapun kelembaban yang lebih tinggi memicu terbentuknya partikel es yang lebih besar, yang mampu merefleksikan lebih banyak cahaya.

Dengan meningkatkan jumlah fenomena awan bersinar, mungkin temperatur mesosfer semakin rendah. DeLand menuturkan, peningkatan jumlah gas rumah kaca bisa menjadi sebab turunnya temperatur itu.

Karbon dioksida—salah satu gas rumah kaca yang meradiasikan panas ke angkasa—menyebabkan pendinginan. Metana membuat kelembaban meningkat sebab cahaya matahari akan mengubah metana menjadi air.

Sejauh ini, peneliti belum yakin faktor yang paling berpengaruh, apakah kelembaban atau temperatur. Namun, DeLand memastikan, hal tersebut akan menjadi fokus pada penelitian selanjutnya.

Tercatat, fenomena ini terakhir terjadi di Billund, Denmark, pada 15 Juli 2010 lalu. DeLand telah mempelajari awan ini dari data instrumen dari data dan satelit sejak 1978.



Awan Berpijar di Malam Hari

Gambar ini diambil oleh astronot dari Stasiun Luar Angkasa.

ddd
Minggu, 27 Januari 2013, 16:07 Muhammad Chandrataruna 

 
 Awan berpijar di malam hari (Space.com)
BERITA TERKAIT


VIVAnews - Hampir setiap malam, langit di permukaan Bumi terlihat gelap. Tetapi, tidak jarang pula kita bisa menikmati milyaran bintang bertaburan berkelap-kelip ketika langit cerah tak berawan.

Namun, tahukah Anda, jika puluhan kilometer di atas permukaan Bumi sesungguhnya ada kumpulan awan yang bersinar terang?

SPACE melansir, 27 Januari 2013, tatkala malam menyelimuti Bumi, sejumlah awan tinggi di atmosfer masih bisa memantulkan sinar alias berpendar. Setidaknya, citra ini yang ditangkap oleh seorang awak di kapal Stasiun Luar Angkasa, di atas langit French Polynesia, salah satu kepulauan di Pasifik Selatan.





Foto di atas diambil seorang awak NASA dengan kamera digital Nikon D3S, menggunakan lensa 400 milimeter, dari stasiun luar angkasa (ISS).
Dikenal dengan istilah kutub mesospheric atau awan noctilucent, formasi tersebut dapat dinikmati dari daratan Hemispheres Utara dan Selatan, pesawat terbang, ataupun pesawat ruang angkasa, papar NASA Earth Observatory.

Menurut temuan observatorium tersebut, awan-awan itu terbentuk sekitar 47-53 mil, atau setara 76-85 kilometer, di atas permukaan Bumi. Mereka berada di antara dua lapisan atmosfer yang disebut mesosfer dan termosfer. Wilayah ini disebut mesopause.

Lalu, apa yang menyebabkan awan bersinar terang? Kombinasi temperatur yang rendah pada ketinggian tersebut dan posisi awan yang relatif memantulkan sinar matahari menjadi penyebabnya.

Pada ketinggian ini, suhu bisa turun hingga -200 derajat Fahrenheit, atau setara -130 derajat Celcius. Setiap titik uap air yang sampai ke ketinggian ini akan membeku menjadi kristal es. Membentuk formasi, kumpulan kristal es inilah yang kemudian menerima pantulan sinar matahari. Hanya saja, pemandangan indah ini tidak bisa dinikmati segala sudut dari atas tanah.

Menurut studi terbaru, awan sensitif terhadap perubahan jumlah air di atmosfer, sama halnya dengan suhu pada ketinggian tertentu. Awan-awan akan mengeluarkan pijar lebih besar sebagai akibat dari perubahan iklim. Diketahui, lapisan atas atmosfer kini semakin lembab, sehingga semakin banyak pula awan yang memancarkan sinar.

Pemandangan ini kerap terlihat jauh dari titik yang jauh di atas 50 derajat lintang utara dan selatan pada musim panas, di mana mesosfer mencapai titik terdingin. Artinya, di wilayah tropis seperti Indonesia, rasanya mustahil untuk melihat pemandangan yang unik ini. (sj)


Noctilucent Cloud - Fenomena Awan Bercahaya Pada Malam Hari
saat matahari telah tenggelam dan keadaan di bumi menjadi gelap, hanya bulan dan bintang yang bercahaya di langit, tetapi sebuah fenomena aneh terjadi, yaitu munculnya awan yang bercahaya di ketinggian





Noctilucent cloud berasal dari 3 kata yaitu nocturn (malam) lucent (bercahaya) dan cloud (awan) yang berarti awan bercahaya pada malam hari. Fenomena noctilucent cloud ini terjadi bukanlah dalam bentuk awan titik titik air, tetapi lebih ke kristal es dan partikel debu seperti kristal. Kristal kristal ini berada di ketinggian 76 - 85 kilometer yang berkumpul dalam jumlah sangat banyak, dimana kristal es di ketinggian ini sudah cukup untuk menerima dan membiaskan cahaya dari matahari yang telah berada di bawah horizon.




0 komentar on "Awan Bersinar di Malam Hari? Fenomena Apakah itu? "

Posting Komentar